Sabtu, 30 Juli 2016

MUQODDIMAH

Penyakit F L U [Futur, Lesu, Uzlah] dan Obatnya

Konspirasi dan gangguan setan dalam menggoda manusia agar bermaksiat kepada Allah Ta’ala tidak akan pernah berhenti hingga hari Kiamat datang. Iman kita, yang kadang naik (yazid) karena taat pada Allah Ta’ala dan kadang turun (yanqush) karena maksiat kepada-Nya, akan terjadi pula. Manusia bukanlah seperti malaikat yang bersih dari kesalahan, dosa, kekurangan, rasa capek, futur, lesu, dan lain-lainnya. Namun disebut manusia karena terus-menerus banyak dosa, artinya manusia adalah tempat salah dan lupa. Setiap anak Bani adam pernah berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah yang mau bertobat.

Anda terkena sakit flu? Biasanya apabila kita banyak melakukan aktivitas tetapi tidak disertai istirahat dan makanan yang menunjang serta kondisi cuaca yang tidak bersahabat dapat membuat seseorang akan mudah mendapatkan penyakit FLU tersebut. Untuk mengobati penyakit tersebut biasanya dokter akan menganjurkan minum obat dan istirahat yang cukup. 

Lalu bagaimana bila saudara kita (baik itu sebagai seorang pencari ilmu, dai atau ustadz ) terkena FLU (Futur, Lesu, Uzlah)? Jawabannya tidak jauh berbeda dengan seorang yang terkena penyakit flu. Lesu (loyo dan lemah) akan menjadi tingkat yang paling berbahaya dalam kondisi futur bagi seorang aktivis dakwah, karena apabila seorang sudah mengalami kelesuan biasanya lebih suka untuk Uzlah (mengasingkan diri dari teman dan masyarakat atau hidup menyendiri). Uzlah bisa dijadikan alasan seorang aktivis karena lebih merasakan manisnya nilai ruhiyah daripada berdakwah ke masyarakat. Ada pula yang beralasan bahwa dengan bergaul dengan manusia dapat menganggu konsentrasi beribadah dengan melupakan pengertian ibadah yang sebenarnya.

Dalam kesempatan ini, kami akan membahas secara singkat tentang” Penyakit F L U [Futur, Lesu, Uzlah] dan Solusinya ((bagian pertama dulu (futur))”.  Agar mudah dipahami dan dicerna oleh pembaca yang kami cintai, maka pembahasannya akan kami tulis secara singkat, sistematis dan teratur.

Pengertian Penyakit F L U Pertama yaitu ( Futur )

Futur secara bahasa dimuat dalam kamus bahasa Arab Lisanul Arab yang ditulis oleh Ibnu Mandhur  jilid 5:43, futur berarti “diam setelah giat, dan lemah setelah semangat”. 
Secara bahasa juga Futur berarti menunjuk kepada adanya suatu perubahan dari kondisi semangat, kencang, kuat, panas, tajam dan semacamnya, menuju kondisi kebalikannya yaitu putus, berhenti yang sebelumnya rajin dan terus bergerak.

Futur secara istilah adalah satu penyakit yang sering menyerang sebagian ahli ibadah, para da'i dan penuntut ilmu. Sehingga menjadi lemah dan malas, bahkan terkadang berhenti sama sekali dari melakukan aktivitas kebaikan, misalnya futur dalam menuntut ilmu syar'i, futur dalam aktivitas dakwah, futur dalam beribadah kepada Allah dan lainnya. 

Futur merupakan salah satu penyakit yang kerapkali kita jumpai pada para aktivis dakwah dan tarbiyah. Dalam kadar yang normal seorang dai’ bisa saja mengalami kondisi seperti ini. Namun menjadi berbahaya bila keadaan ini terus berlarut-larut tanpa ada usaha dari individu yang bersangkutan untuk terus memperbarui iman dan semangatnya. Futur yang terus terjadi tanpa ada usaha untuk meperbaiki diri dapat mengarahkan seorang dai’ pada insilakh (keluar) dari jamaah  dakwah. Futur adalah suatu penyakit yang dapat menimpa sebagian aktifis, bahkan menimpa mereka secara praktis (dalam bentuk perbuatan).

Tingkatan futur  paling rendah adalah kemalasan, menunda-nunda atau berlambat-lambat. Sedangkan puncaknya bila sudah kronis dan menahun adalah terputus atau berhenti sama sekali setelah sebelumnya rajin dan terus bergerak.


Allah berfirman :

وَلَهُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَنْ عِندَهُ لَا يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِهِ وَلَا يَسْتَحْسِرُونَ(19) يُسَبِّحُونَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لَا يَفْتُرُونَ (20).
“Dan kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi. dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.” (QS. Al-Anbiya : 19-20)”.

Menurut Imam Thabari dalam tafsirnya pengertian “Laa yahturuun:” dalam ayat di atas ialah : para malaikat tidak kenal letih dan tanpa rasa bosan (Tafsir at-Thabari, 17/12).

Sekali lagi penulis mengatakan bahwa manusia bukanlah malaikat dan seperti malaikat. Namun sebagai hamba Alloh yang beriman tidak ada salahnya manusia mencontoh akhlak para malaikat yang senantiasa taat pada Allah, tidak bermaksiat dan selalu melaksanakan apa yang diperintahkan, ini sesuai QS. At Tahrim : 4.

Ketika membahas kisah Zainab yang meletakkan seutas tali untuk dapat digunakan sebagai tempat bergantung jika datang masa futurnya. Ibnu hajar mengungkapkan arti futur dalam kalimat tersebut adalah : rasa malas untuk berdiri melaksanakan shalat (kitab Fath Al-Bari, 3/36).

Sejalan dengan pengertian diatas, Abdullah bin Mas’ud rodyallohu 'anhu. Pernah meratap tatkala menderita suatu penyakit pada akhir hayatnya, beliau berujar, “sesungguhnya aku menangis, lantaran diriku di serang penyakit ini pada saat futur. Dan bukan pada saat ijtihad (giat).” Menurut Ibnu Al-Atsir, pengertian futur dalam hal ini adalah : semua keadaan diam, menyedikitnya porsi beribadah dan mengurangnya semangat (An-Nihayah fi Gharib Al-Hadist, karya Ibnu Al-Atsir, 3/408).

Manusiawi itu rasa semangatnya kadang naik kadang turun. Para sahabatpun yang terkenal akan ketulusan dan semangatnya dalam berdakwah pernah mengadu pada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa sallam mengenai keadaan mereka yang apabila berada dekat dengan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa sallam, mereka merasakan keimanan dan semangat yang tinggi, ibadah dan amaliah mereka sangat berkualitas. Tapi ketika mereka tidak sedang bersama lagi mereka kembali lemah, malas dan tidak bersemangat. 

Mengenai hal ini Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Iman itu kadang naik kadang turun, maka dari itu perbaikilah dengan kalimat Laa Ilaha illa Allah.”


Fenomena Penyakit FLU (Futur Lesu Uzlah )

Fenomena ‘futur’, sebenarnya masalah yang pasti hadir tanpa ada seorang pun yang dapat mengelak dirinya. Sebagaimana tersirat dalam sinyalemen Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa sallam kepada Abdullah bin Amr bin Ash rodyallohu 'anh:

“Wahai Abdullah, janganlah engkau seperti fulan, sebelum ini ia rajin bangun pada malam hari (shalat tahajjud), namun kemudian ia tinggalkan sama sekali.”
(HR. Bukhori, dalam kitab Fath Al Bari, no: 1152, 3/37).

Seorang da’i, sekalipun ia akan mengalami masa-masa futur, namun saat-saat itu bak saat “turun minumnya” seorang prajurit yang berada di medan laga, dimana setelah itu ia akan kembali terjun berjuang dan berjihad. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda pada sebuah riwayat dari Abdullah bin Amr rodyallohu anh
yang berbunyi:

إِنَّ لِكُلِّ عَمَلٍ شِرَّةً وَلِكُلِّ شِرَّةٍ فَتْرَةٌ فَمَنْ كَانَتْ شِرَّتُهُ إِلَى سُنَّتِي فَقَدْ أَفْلَحَ وَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى غَيْرِ ذَلِكَ فَقَدْ هَلَكَ

“Setiap amal itu ada masa semangat dan masa lemahnya. Barangsiapa yang pada masa lemahnya ia tetap dalam sunnah (petunjuk) ku, maka dia telah beruntung. Namun barang siapa yang beralih keadaan selain itu, berarti dia telah celaka.” (Musnad Imam Ahmad, 2/158-188. dan ada pula hadist yang sejalan maknanya dari Abu Hurairah, pada kitab Shahih Al-Jami’ As-Shaghir, no. 2147)

Syaikh Islam Ibnu Al-Qayyim Al Jauziyyah rahimahullah berkata,”saat-saat futur bagi seorang yang beramal adalah hal wajar yang harus terjadi. Seseorang masa fuurnya lebih membawa ke arah muraqabah (pengawasa oleh Allah) dan pembenahan langkah, selama ia tidak keluar dari amal-amal fardhu, dan tidak melaksanakan sesuatu yang diharamkan oleh Allah Ta'ala, diharapkan ketika pulih ia akan berada dalam kondisi yang lebih baik dari keadaan sebelumnya. Sekalipun sebenarnya, aktivitas ibadah yang disukai Allah adalah yang dilakukan secara rutin oleh seorang hamba tanpa terputus.”
(Madarij As-Salikin, 3/126) 

“Amal agama yang paling disenangi Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa sallam adalah yang dikerjakan secara terus-menerus oleh pelakunya.” Al-Bukhori, no. 43. lihat kitab fath al-Bari, 1/101).

 Dalam riwayat lain “yang dilakukan secara rutin meskipun hanya sedikit”(Muttafaq 'Alaih).

Amal yang kontinyu lebih disukai karena dua sebab: pertama, bahwa orang yang meninggalkan suau amal setelah ia melaksanakan adalah laksana orang yang berbalik pulang setelah sampa ke tujuan. Kedua, sikap terus menerus melakukan sesuatu kebaikan adalah tuntutan suatu pengabdian. Sebagaimana seorang yang bertugas menjaga sebuah gerbang, tidak sama antara mereka yang bertugas menjaganya setiap hari dan setiap saat dengan orang yang hanya menjaganya satu hari penuh kemudian ia pergi.
(Fath  Al-Bari, 1/103).

Penyakit FLU (Futur Lesu dan Uzlah ) ini menimpa sebagian thalabatul ilmi /muta’allim (pencari ilmu), mua’allim/ustadz, da’i, da’iyah, dan seterusnya.

Adanya beberapa kasus tentang saudara-saudara kita, yang sebelumnya sangat aktif di dalam dakwah kemudian tiba-tiba enggan untuk aktif kembali, ada juga yang hanya sekedar untuk menggugurkan kewajiban sebagai mutarobbi (yang dibimbing) di majlis taklim dengan prinsip asal Murobbi (Pembimbing) senang atau asal tidak tercatat sebagai anggota yang tidak aktif, dia rela memilih berbuat FLU. 

Nastaghfirollahal Adhim (Kami mohon istighfar pada Alloh Yang Maha Besar).

Sedikit fenomena di atas, hendaknya menjadi pelajaran dan ibroh buat kiat, ternyata memang penyakit Futur menurut Ibnu al Qayyim penyakit yang wajar menimpa manusia umumnya, wabil khusus (dan khususnya para da’i dan ustadz). Sahabat Rasulullah saja bisa futur, bagaimana kita? Bedanya apa dengan kita?. Ohh jauh sekali, manakala sahabat futur, mudah pulih kembali kepada ketaatan dan tetap di atas Sunnah. Tapi beda dengan kebanyakan kita, terlalu lama sembuh futurnya, kadang-kadang ngambek tidak mau mengembalikan stamina imannya, kadang-kadang susah menghilangkan kekecewaan dan sindiran teman-temannya. 

Ketahuilah wahai saudaraku, teman-teman kita adalah saudara kita, dia kadang ada yang menguatkan atau bahkan kadang ada yang melemahkan (dalam tanda petik) dan atau mungkin ada yang ingin menyampaikan nasehat, maksudnya baik namun nadanya kadang tak sengaja terucap dari lesannya ada sindiriran. 

Berhusnudhonlah pada teman-teman kita, mereka sebenarnya niatnya baik, namun bahasanya mungkin salah, lupa, dst. Hendaknya kita dalam belajar, beramal dan beriqomatuddin dengan ikhlas dan istiqomah, jadikanlah Alloh sebagai Allohu Ash Shomad (Alloh adalah Rob yang bergantung kepada-Nya segala perintah). Dengan demikian semoga kita tak terhinggapi penyakit futur.


Penyebab Penyakit FLU (Futur Lesu Uzlah)

Penyebab futur itu banyak sekali tertulis dalam kitab-kitab dan buku. Karena terbatasnya tempat penulis membatasi dan menyebutkannya yang dipandang paling urgen. Hal yang sering menjadi penyebab seseorang muslim, muta’allim dan khususnya dai’ menjadi futur, secara garis besar antara lain adalah kurang ikhlas beramal, ruhiyah yang kering, kecewa dan sakit hati dan lemahnya komitmen. Berikut ini penjelasan mengenai hal-hal tersebut:

1. Kurang ikhlas beramal. Orang yang kurang ikhlas beramal, oreintasi amalnya bukan murni karena Allah Ta’ala, tapi ada sisi lain yang ia kehendaki dari amalnya tersebut, namun tidak tercapai hingga membuat dirinya terkadang futur dari amal atau enggan beramal.

2. Ruhiyah yang kering. Kekuatan ruhiyah merupakan kekuatan dasar yang harus dimiliki oleh seorang muslim dan da’i dalam rangka mendaki ke puncak spiritual yang tinggi di hadapan Allah Ta’ala. Kekuatan ruhiyah dinilai dari sejauh mana kedekatan kita dengan Allah Ta’ala. Sumber kekuatan ruhiyah ini hanya dapat diperoleh dengan melakukan ibadah-ibadah sunnah disamping ibadah wajib seperti qiyamullail, tilawah, shoum sunnah, infaq dan shodaqoh, dll. Sebagai seorang muslim yang memberi nasehat dan petuah serta seorang da’i ideal jangan lupa diri. Bila dia sering melupakan dirinya tuk menyuburkan ruhiyyahnya dengan hal-hal di atas, maka ia keadaannya seperti lilin yang selalu berusaha menerangi sekitarnya namun lambat laun lilin tersebut lama kelamaan meleleh dan akhirnya habis tidak bisa lagi mengeluarkan cahaya dan penerangan bagi sekitarnya. Atau sebagaimana pernah disinggung oleh Ibnu al Qayyim bahwa apabila da’i atau ustadz itu lupa pada dirinya sendiri  maka keadaan ia seperti seorang yang sering memberi nasehat padahal dalam dirinya/dibalik bajunya ia digigit kalajengking namun ia tidak terasa.

3. Kecewa dan sakit hati. Kekecewaan terhadap teman-teman, jama’ah dakwah, yayasan dakwah, janganlah membuat seorang muslim ideal/pencari ilmu/ da’i/ustadz berhenti beramal, berhenti berdakwah, futur, lesu dan uzlah dari manusia. Anjing menggonggong kafilah berlalu, tetaplah berjuang dan iqomatuddin di medan dakwah dan medan juang. Karena muslim yang ideal paham hanya mengharapkan upah dari Allah Ta’ala bukan dari manusia. Hingga membuatnya tetap ikhlas dan istiqomah walau badai, ujian dan makian menghampirinya. Belajarlah akhlak dari Imam Ahmad dan Syaikul Islam Ibnu Taimiyyah yang telah menghalalkan dirinya dihina, dighibah dan dimaki. Bila agama Allah dan syareat Islam yang dihina, maka mereka berdua akan berada dalam barisan terdepan dalam membela kebenaran. Subhanallohu, luaaaaar biasaaaa. Yang harus dipahami disini bahwa manusia, ustadz, da’I dan jamaah dakwah apapun  bukan jamaah malaikat, sehingga kekecewaan yang terjadi dan yang kita alami jangan sampai membuat kita hilang semangat, future dan loyo dalam berdakwah sehingga akhirnya memutuskan untuk meninggalkan dakwah Islam yang mulia ini. Allohu Akbar…Allohu Akbar…Allohu Akbar.

4. Lemahnya komitmen. Lemahnya komitmen seorang muslim/da’i terhadap nilai-nilai syareat Islam membuat jiwanya futur, loyo, lesu dalam menegakkan panji-panji Islam di muka bumi ini. Seorang muslim atau da’i lah yang membutuhkan Islam dan dakwah, bukan sebaliknya Islam dan dakwah membutuhkan dia. Lemahnya komitmen ini disebabkan karena faktor –faktor dunia yang membelitnya dan karena mengikuti hawa nafsunya atau terkena fitnah syubhat dan fitnah syahwat.



Solusi Mengatasi Penyakit FLU (Futur Lesu Uzlah)

Futur yang terjadi kebanyakan berpangkal dari keringnya iman dan ruhiyah, sehingga langkah utama dalam mengatasi hal ini utamanya harus memperhatikan rekonstruksi iman dan ruhiyah. Rekonstruksi iman amatlah penting bagi seorang dai’, karena kerapkali para dai’ sibuk dalam mengerjakan aktivitas dakwah, atau mencurahkan segala tenaganya untuk aktivitas Islam, namun lalai dalam mengurusi hati dan memberikan perhatian penuh kepadanya. Padahal seorang dai’ berdakwah dengan hatinya, bukanlah dengan organ tubuh yang lain. Kalaupun organ tubuh yang lain berbuat kebaikan maka itu karena kebaikan hati dan semangatnya kepada kebaikan”. Pertanyaannya bagaimana memperbarui iman? Beliau berkata jawabnya ada beberapa metode yang bisa kita lakukan untuk merekonstruksi iman antara lain adalah:


1. Mengikhlaskan niat dalam segala amal-amal sholeh kita hanya untuk Alloh Ta’ala saja, bukan untuk makhluknya . Ikhlas dalam beramal merupakan sebuah kekuatan yang luar biasa, kekuatan yang melebihi segalanya hingga meruntuhkan rasa takut terhadap ancaman manusia, mereka yang ikhlas lebih takut terhadap ancaman Allah Ta'ala, ancaman apabila catatan amal perbuatan yang buruk akan diberikan dari punggungnya atau lewat tangan kirinya. Mereka lebih takut terhadap ancaman tersebut daripada ancaman yang keluar dari seorang manusia. Motivasi diri itu tumbuh dari kesadaran akan tujuan utama, daya gerak akan keluar dengan kekuatan yang luar biasa. Bandingkan dengan orang yang bekerja atas dasar motivasi Allah semata dengan orang yang bekerja atas dasar takut akan ancaman terhadap manusia, manakah yang akan bergerak secara terus menerus dan mempunyai kekuatan yang luar biasa?.

2. Membaca siroh generasi salaf. Membaca siroh generasi salaf dapat memotivasi kita untuk mengikuti amal-amal mereka.

3. Menyendiri dengan diri sendiri. Berkhalwat (menyendiri) dapat memberikan kesempatan para dai’ untuk menginstropeksi seluruh amalan dakwah yang telah dilakukan
.
4. Mengerjakan pekerjaan sederhana. Mengerjakan pekerjaan-pekerjaan sederhana dalam dakwah dapat melatih kerendahan hati dan mengikis kesombongan. Hal itu dapat dilakukan dengan syarat tiadak mengorbankan pekerjaan-pekerjaan besar yang lebih penting.

5. Ziarah kubur. Tentang hal ini Rasulullah bersabda: “Ziarahi kuburan, sebab kuburan mengingatkan kalian pada kematian.” (HR.Muslim, An Nasai, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Al-Hakim).

6. Mengunjungi atau berkumpul dengan orang-orang soleh. Berkumpul dengan orang soleh, meminta nasihat kepada mereka dapat membantu kita dalam merekonstruksi iman. Inilah hikmah betapa pentingnya hidup berjamaah, dimana ada nuansa taushiyah-mentaushiyahi antar aktivis dakwah.

7. Ingatlah hari-hari Allah. Ingatlah hari-hari dimana Allah Ta'ala menolong penolong agamanya. Hal itu akan menyadarkan kita betapa dekatnya kemenagan dan kebangkitan Islam. Alloh berfirman, “Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikutnya yang bertakwa. mereka tidak menjadi lemah Karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. (QS. Ali Imron:146)

Penulis mengajak diri sendiri dan saudara seiman semua, mari kita hilangkan futur dalam diri kita dengan segera mungkin. Bila belum bisa hilang mari kita coba berkali-kali hingga hilang dari diri kita. Bila muncul lagi, mari kita perangi lagi. Bila muncul-muncul terus, mari kita tepiskan terus. Ingatah, bahwa iman yazid wa yankhush ( bertambah dan berkurang). Bila yanqush dan futur lagi obatilah dengan azzam yang kuat tuk beramal sholeh dan istiqomalah melakukan ketaatan, karena istiqomah di atas kebenaran merupakan karomah yang paling mulia bagi seorang hamba yang beriman. Waspada, waspada dan waspadalah terhadap penyakit futur ini, yang kan selalu menghampiri saudara, kapan dan di manapun saudara berada.

Wallohul Muwaffiq
AbuHanif AlKandary

0 komentar:

Posting Komentar