Futur memiliki tingkatan tingkatan .Ada futur yang masih tergolong rendah dan ada pula futur yang sampai taraf kronis.Futur yang terbilang rendah ,biasanya tergambar dalam penurunan kualitas dan kuantitas ibadah saja.Artinya ia masih berada di rel yang benar,ia masih mengikuti gerbong Al Qur an dan As sunnah Meskipun,kadang tertatih-tatih di rel itu,bahkan tertinggal di belakang.
Futur seperti ini,pada permulaannya memang tidak terlalu berbahaya,karena hal itu merupakan tabiat manusia,bahkan itulah yang dimaksud dengan "al imanu yazid wa yanqush",iman kadang bertambah dan kadang berkurang.Fluktuatif keimanan merupakan hal yang wajar bagi setiap orang, karena tidak ada di dunia ini manusia yang selamanya benar, seperti halnya tidak ada yang selamanya salah.
Namun,ketika kondisi seperti ini terus dibiarkan dalam rentang waktu yang cukup lama,maka tentu saja lambat laun ia akan merosot, kualitas ketaaatanannya semakin lama akan semakin lemah dan rendah.Dan bahkan mungkin saja ia akhirnya terperosok pada furtur yang kronis.Bukan hanya penurunan kuantitas dan kualitas ibadah saja yang nampak pada dirinya,akan tetapi,lebih besar dari itu ia terhempas dari rel ketaatan yang ditandai dengan beralihnya taat menjadi maksiat bahkan kekufuran,dan kebinasaan yang terus menerus dikarenakan musibah dalam agama itu lebih membinasakan di dunia dan di akhirat Nas alullaha salamah wal 'afiyah.Na'udzubillahi min dzalik
Berikut ini beberapa gambaran kebinasaan orang-orang terdahulu yang mengalami futur yang berkepanjangan dan tidak tertolong lagi,yang terangkum dalam rekaman Dauroh Ilmiyyah yang disampaikan oleh Al-Ustadz Usamah bin Faishol Mahri, Lc hafidzahullah di Ma’had Daarul Hikmah, kota Bau-Bau, Sulawesi Tenggara pada hari Senin-Selasa, tgl 09-10 Rajab 1436 H / 27-28 April 2015
dengan judul asli : "Mewaspadai Bahaya Futur"
Download dibawah ini,
Sumber Audio: Ahlussunnah Kendari
0 komentar:
Posting Komentar